03 September 2007

Kisah Pohon Apel

Suatu masa dahulu, terdapat sebatang
pohon apel yangamat besar. Seorang
kanak-kanak lelaki begitu gemarbermain-
main di sekitar pohon apel ini setiap
hari.Dia memanjat pohon tersebut,
memetik serta memakanapel sepuas-puas
hatinya, dan adakalanya
diaberistirahat lalu terlelap di perdu
pohon apeltersebut. Anak lelaki
tersebut begitu menyayangitempat
permainannya. Pohon apel itu juga
menyukai anaktersebut.

Masa berlalu... anak lelaki itu sudah
besar danmenjadi seorang remaja. Dia
tidak lagi menghabiskanmasanya setiap
hari bermain di sekitar pohon
apeltersebut. Namun begitu, suatu hari
dia datang kepadapohon apel tersebut
dengan wajah yang sedih. "Marilah
bermain-mainlah di sekitarku," ajak
pohonapel itu." Aku bukan lagi kanak-
kanak, aku tidak lagi gemarbermain
dengan engkau," jawab remaja itu." Aku
mahukan permainan. Aku perlukan wang
untukmembelinya," tambah remaja itu
dengan nada yang sedih.Lalu pohon apel
itu berkata, "

Kalau begitu, petiklahapel-apel yang
ada padaku. Juallah untuk
mendapatkanuang. Dengan itu, kau dapat
membeli permainan yang kauinginkan."
Remaja itu dengan gembiranya memetik
semua apel dipohon itu dan pergi dari
situ. Dia tidak kembali lagiselepas
itu. Pohon apel itu merasa sedih. Masa
berlalu...Suatu hari, remaja itu
kembali. Dia semakin dewasa.
Pohon apel itu merasa gembira."Marilah
bermain-mainlah di sekitarku," ajak
pohonapel itu."Aku tiada waktu untuk
bermain. Aku terpaksa bekerjauntuk
mendapatkan uang. Aku ingin membina
rumahsebagai tempat perlindungan untuk
keluargaku. Bolehkahkau menolongku?"
Tanya anak itu."

Maafkan aku. Aku tidak mempunyai
rumah. Tetapi kauboleh memotong dahan-
dahanku yang besar ini dan kaubuatlah
rumah daripadanya." Pohon apel itu
memberikancadangan.Lalu, remaja yang
semakin dewasa itu memotong
kesemuadahan pohon apel itu dan pergi
dengan gembiranya. Pohon apel itu pun
turut gembira tetapi kemudiannyamerasa
sedih karena remaja itu tidak kembali
lagiselepas itu.

Suatu hari yang panas, seorang lelaki
datang menemuipohon apel itu. Dia
sebenarnya adalah anak lelaki
yangpernah bermain-main dengan pohon
apel itu. Dia telahmatang dan
dewasa."Marilah bermain-mainlah di
sekitarku," ajak pohonapel itu."
Maafkan aku, tetapi aku bukan lagi
anak lelaki yangsuka bermain-main di
sekitarmu. Aku sudah dewasa.
Akumempunyai cita-cita untuk belayar.
Malangnya, akutidak mempunyai boat.
Bolehkah kau menolongku?" tanyalelaki
itu."

Aku tidak mempunyai boat untuk
diberikan kepada kau. Tetapi kau boleh
memotong batang pohon ini
untukdijadikan boat. Kau akan dapat
belayar dengangembira," kata pohon
apel itu.Lelaki itu merasa amat
gembira dan menebang batangpohon apel
itu. Dia kemudiannya pergi dari situ
dengangembiranya dan tidak kembali
lagi selepas itu. Namunbegitu, pada
suatu hari, seorang lelaki yang
semakindimamah usia, datang menuju
pohon apel itu. Dia adalahanak lelaki
yang pernah bermain di sekitar pohon
apelitu."

Maafkan aku. Aku tidak ada apa-apa
lagi untukdiberikan kepada kau. Aku
sudah memberikan buahkuuntuk kau jual,
dahanku untuk kau buat rumah,
batangkuuntuk kau buat boat. Aku hanya
ada tunggul dengan akaryang hampir
mati..." kata pohon apel itu dengan
nadapilu."
Aku tidak mahu apelmu kerana aku sudah
tiada bergigiuntuk memakannya, aku
tidak mahu dahanmu kerana akusudah tua
untuk memotongnya, aku tidak mahu
batangpohonmu kerana aku berupaya
untuk belayar lagi, akumerasa lelah
dan ingin istirahat," jawab lelaki
tuaitu."

Jika begitu, istirahatlah di perduku,"
kata pohonapel itu.Lalu lelaki tua itu
duduk beristirahat di perdu pohonapel
itu dan beristirahat. Mereka berdua
menangiskegembiraan.
Tersebut. Sebenarnya, pohon apel yang
dimaksudkan didalam cerita itu adalah
kedua-dua ibu bapa kita. Bilakita
masih muda, kita suka bermain dengan
mereka.Ketika kita meningkat remaja,
kita perlukan bantuanmereka untuk
meneruskan hidup. Kita tinggalkan
mereka,dan hanya kembali meminta
pertolongan apabila kita didalam
kesusahan. Namun begitu, mereka tetap
menolongkita dan melakukan apa saja
asalkan kita bahagia dangembira dalam
hidup.Anda mungkin terfikir bahwa anak
lelaki itu bersikapkejam terhadap
pohon apel itu, tetapi fikirkanlah,
ituhakikatnya bagaimana kebanyakan
anak-anak masa kinimelayan ibu bapa
mereka. Hargailah jasa ibu bapakepada
kita. Jangan hanya kita menghargai
merekasemasa menyambut hari ibu dan
hari bapa setiap tahun

1 komentar:

STIKOM2007_AWAD mengatakan...

Saya.awad
saya merasa tertarik dgn artikel yg anda posting
btw,dpt dari mana boss.........???